Monday, July 24, 2006

Nadine Chandra Winata

Kenapa sih tiba2 semua orang nogmongin Nadine Chandra Winata?
Karena bahasa inggris dia jelek? Karena dia bilang "Indonesia is a beautiful city"? Karena dia bilang "Mother theresa is my admire"?
Trus emang kenapa kalo bahasa inggris dia emang jelek? Tokh kemampuan bahasa inggris dia cuman merepresentasikan kemampuan bahasa inggris mayoritas wanita indonesia lainnya. Tokh skill bahasa inggris belum tentu merepresentasikan kapasitas otak dan wawasan seseorang?
Jelas2 sistem pendidikan kita ga bikin seseorang jadi pintar bahasa inggris. Lagipula bahasa nasional kita kan emang BUKAN bahasa inggris, jadi kenapa harus dipermasalahkan. Dia salah jawab mungkin karena gugup. Kontes internasional, mewakili sebuah bangsa, siapa yang gak gugup sih? Trus kenapa kita hujat. Kenapa gak kita support. Tokh dia wakil bangsa kita. Right or wrong it's my country, right? Tokh kalo dia menang kita juga ikut bangga.
Atau mungkin karena dia cantik trus banyak yg sirik kali ya? Bisa aja kan. Hati orang sapa yang tau. Dia emang cantik kok dan Miss Universe kan emang olimpiade kecantikan, yang diliatnya tampang (mostly), bukan olimpiade fisika, atau olimpiade bahasa inggris (kalo ada).


Atau mungkin karena bahasa inggrisnya jelek dia jadi keliatan bodoh kali ya? Emangnya kalo bodoh dan gak sepintar kita trus kenapa sih? Mungkin karunia Tuhan sama masing2 orang beda2 kali. Ada yang dikasih pinter, ada yg dikasih cantik, ada yang dikasih dua2nya, ada juga yang gak dikasih dua2nya. Rejekinya beda2. Berasa pinter kali ya kita, sampe kita ngerasa punya hak buat mentertawakan orang yang kita anggap bodoh.

Trus kenapa sih gua belain Nadine? I'm not her fans anyway. Mungkin karena bahasa inggris gua juga sama2 pas2an. Merasa senasib kali. Tampang lumayan tapi otak pas2an. Huhu ;p. Well, setidaknya Nadine adalah wakil bangsa indonesia. Tokh kalo pun dia menang kita ikut bangga.

Mengecewakan!!!

Superman Return mengecewakan!!!!

Huh, sebal gua! Untung gua gak bela2in ngantri tiket sampe betis gede buat nonton film ini. Gua lebih milih nunggu sampai satu bulan biar gak usah ngantri dan itupun gua masih kecewa.
Kenapa?
Mungkin karena ekspektasi gua terlalu besar sama film ini. Promosi media yang begitu gencar dan comment temen2 gua yg udah nonton duluan bikin ekspektasi gua begitu tinggi. Teman2 gua bilang filmnya bagus. In fact, in my opinion, the movie is not that good!
B I A S A B A N G E T!!
Iye - iyee. Gua tau kalo Brandon Routh ganteng. Gua sebagai cowok yang, catet : bukan homo, tau kok kalo dia ganteng, atletis, pujaan para wanita. Cewe gua aja sampai gak ngedip ngeliatinnya. Tapi kayaknya film ini cuman mengandalkan kegantengan sang aktor utama aja. Bukannya gua sirik ya, tapi ganteng itu GAK CUKUP buat ngebikin sebuah film jadi bagus. Ini sederet kekecewaan gua sama Superman Retruns:

  • Ceritanya gak menggigit. Alurnya garing, datar, gak berkesan.
  • Beginningnya biasa banget. Gak bikin kita WOW gitu. Gak bikin kita curious.
  • Endingnya udah ketebak dari awal, gak bikin penasaran, dan gak ada dramatis2nya!!
  • Lex Luthor, terkesan kurang serem. Sebagai musuh seorang hero sekaliber Superman, Lex Luthor di Superman Returns, terlalu lemah menurut gua. Kurang jahat, kurang sakti, kurang kejam. Gak layak lah jadi musuh Superman. Cukup jadi musuhnya Panji Manusia Millenium aja.
  • Superman udah kek artis aja dan dia seneng banget disorakin orang! Liat aja adegan sesaat setelah dia berhasil menyelamatkan pesawat terbang. Superman berdiri melambai2kan tangan. Udah berasa jadi artis aja. Gua bingung, ini superhero apa artis.
  • Aktingnya Brandon Routh,sang superman, gak layak buat dikomentarin.
  • Clark Kent nya kurang culun, masih terlalu ganteng. Gak ada bedanya Brandon Routh waktu meranin superman dan waktu meranin Clark Kent. Plis deh. Emangnya semua orang bodoh apa gak tau kalo si Clark Kent itu ternyata adalah superman????
  • Okey. Efeknya udah lumayan kalo dibandingin sama Superman IV dulu. Terbangnya udah kayak beneran. Adegan ditembak peluru juga lumayan. Intinya efeknya lumayan lah. Cuman, efeknya ini sayang banget. Efek yg begitu bagus gak membuat adegannya menegangkan. Atau emang filmnya sengaja gak dibikin gitu? Gua aja sampai sempet ketiduran waktu nonton di bioskop. Gua maksain melek karena gua udah bayar 25 ribu aja. Rugi kalo gua tidur. Terakhir kali gua ketiduran di bioskop waktu nonton Lord of The Ring, film anak2.
  • Terakhir. Film ini adalah PEMBODOHAN. Inget adegan Lex Luthor bilang "otak bakal menang lawan otot". Kurang lebih begitu lah. Padahal pemenangnya adalah superman yang cuma mengandalkan otot. Sedangkan Lex Luthor yang mengandalkan otak kalah. Betul2 pembodohan.

Favorit gua untuk film tahun ini masih MI 3 sama X-Men 3. From scale 1 to 10, I give superman returns 6.

Friday, July 21, 2006

Birth day is an ordinary day

Kemaren adalah ulang tahun gua yang ke-24. Udah tua juga. Yang pasti udah bukan remaja lagi. Udah harus bisa ngambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab sama keputusan yang gua ambil.
Gua lahir ditengah keluarga yang punya nilai bahwa ulang tahun itu gak boleh dirayakan. Alasannya adalah karena perayaan ulang tahun berasal dari agama orang lain katanya. Keluarga gua gak pernah merayakan ulang tahun. Gak ada kue, gak ada pesta, gak ada ucapan selamat.
Dan gua pun akhirnya tumbuh dan terbiasa dengan nilai itu. Nilai yang mengatakan bahwa ulang tahun itu gak boleh dirayakan.
Masuk SMP gua kaget. Teman2 pada ngerayain ulang tahun. Ada tepung lah, telor lah, diceburin ke kolam lah, diiket di tiang bendera lah. Sial bener dulu tuh kalo ada yang tau kita lagi ulang tahun hari itu. Jadilah kita batagor. Tinggal digoreng aja.
Masuk SMA, kuliah, dan kerja. Lingkungan2 yang bilang bahwa ulang tahun itu penting. Ulang tahun itu perlu bahkan harus dirayakan. Minimal mengucapkan selamat lah.
Dan mulai berubahlah nilai yang gua anut, campuran nilai keluarga dan nilai dari lingkungan. Hitam dicampur putih jadi abu2. Dari gak boleh menjadi gak perlu.
Well, sampai sekarang, walopun gua hidup di lingkungan yang menganut nilai bahwa ulang tahun itu perlu bahkan harus dirayakan, nilai warisan keluarga itu belum hilang sama sekali. Nilai lingkungan gak bisa mengeser nilai keluarga sepenuhnya. Ulang tahun menjadi hari yang nyaris biasa aja, gak berbeda dengan hari2 lainnya. Dengan perkecualian orang2 yang dekat sama gua biasanya kasih selamat. Pacar kasih hadiah.
Senang sih dikasih selamat, apalagi dikasih hadiah. Hueheu.
Tapi ya biasa aja.
Buat gua hari ulang tahun bukanlah hari dimana gua berhak menjadi seseorang yang special. Itu cuma itung2an akta kelahiran dalam kalender matahari. Cuma sebuah angka yang harus masuk di KTP, SIM, dan kebanyakan formulir. Just a part of personal identity.
Birth day is an ordinary day.

Jakarta gempa!!!

Rabu kemaren Jakarta diguncang gempa 6,2 skala richter. Pusatnya sih katanya di selat sunda, jadi lumayan jauh dari jakarta mah. Menurut skala MMI, gempa kemaren masuk skala I-II dari 12 skala. Jadi ya masih termasuk ringan lah. Tapi buat orang yang kerja di gedung bertingkat, gempa ini cukup terasa, katanya. Kronologis kejadian gempa di kantor gua kemaren sebagai berikut :
Gua ke lantai 12, mau ngecap karcis parkir.
Orang2 pada panik.
Gua ngecap karcis parkir.
Orang2 mulai pada keluar ruangan menuju tangga darurat.
Gua masih bingung kenapa kepala gua kayak pusing gituh.
Satpam mulai panik ngebimbing orang2 lewat tangga darurat.
Gua mau naik lift turun ke bawah.
Satpam melarang gua naik lift. Tidak baik buat kesehatan, katanya.
Jadi lah gua turun lewat tangga darurat dari lantai 12! Menyesali nasib sepanjang jalan. Huhu.
Setidaknya sekarang gua tau kenapa orang menciptakan lift.

setangkai mawar putih

cerpen ketiga gua nih. In memoriam of Theo Haryanto.

SETANGKAI MAWAR PUTIH

Sore itu sepulang sekolah Arif menemani Riska beli buku di Gramedia. Riska bilang dia pengen beli novelnya Fira Basuki, Biru. Gramedia, yang ada di jalan merdeka, emang gak jauh dari SMUN 3 Bandung, tempat mereka sekolah sekarang. Arif nganter Riska pakai BMW andalannya. Bebek Merah Warnanya. Kendaraan klasik warisan leluhur, sejak 1970. Riska temenan deket sama Arif sejak mereka ambil ekskul yang sama, Majalah Sekolah. Riska adalah pemimpin redaksi. Sedangkan Arif, pembantu umum.
Waktu mereka lagi cari novel itu, lewatlah dua orang taruna akademi militer (akmil), mau bayar di kasir. Tampan. Mereka pakai seragam dinas malam, dengan jas dan baret warna coklat, dan pedang panjang di pinggang. Kalo berjalan prok prok prok. Aku seorang kapiten. Mereka berjalan dengan gagahnya. Sepatunya mengkilat. Cling, cling, cling. Mata ikat pinggangnya mengkilat. Cling, cling, cling. Pedang panjang pun mengkilat. Cling, cling,cling. Jidat mengkilat. Okayh, stop it!
Kalo diperhatiin sekilas sih sebenernya Arif gak beda jauh sama taruna-taruna itu. Mata sama dua, kuping sama dua, rambut sama hitam. Cuman ada beda sedikit sih. Yang satu terlihat sehat walafiat, gagah perkasa, sakti mandraguna. Yang satu terlihat seperti penderita komplikasi cacingan, disentri, dan epilepsi akut selama 5 tahun berturut2. Yang satu akan membuat orang menoleh dan mengundang decak kagum. Yang satu akan membuat orang menoleh dan mengundang belas kasihan. Beda sedikit. Arif juga manusia.
Riska masih bengong, menatap taruna2 itu sampai mereka turun tangga dan hilang dari pandangan. Riska emang suka pria-pria berseragam, apalagi taruna akmil. Riska bilang sama Arif, suatu hari bakal ada seorang taruna datang, mengenakan seragam dinas malam lengkap dengan pedang panjangnya, membawa mawar putih, dan katakan cinta. Riska punya mimpi untuk menikah dengan seorang perwira angkatan darat. Arif berjanji dalam hati, tahun depan dia akan masuk akademi militer dan mewujudkan mimpi Riska.

Singkat kata, setelah melewati proses tes yang rumit dan bertele2 khas birokrasi Indonesia, Arif diterima di akademi militer. Arif gak ngasih tau Riska dia keterima disitu karena dia pengen kasih kejutan buat Riska.
Enam bulan pertama di akmil adalah neraka buat Arif. Tiap hari lari pakai seragam lapangan lengkap dengan sepatu boot, helm baja, ransel, dan senapan. Sarapan paginya jalan jongkok dan lompat kodok. Bel bangun pagi, Yang Bunyinya Kayak Terompet Jaman Romawi Kuno Dan Volumenya Bisa Bikin Panik Orang Satu Kampung (YBKTJRKDVBBPOSK), berdering jam setengah 5 pagi. Arif dan kawan-kawan langsung panik pakai seragam olahraga, lari keliling akmil, yang notabene luasnya 10 kali luas kampus UI depok. Abis itu langsung mandi bareng2. Arif mengalami degradasi moral dalam masalah mandi. Jaman SMA, Arif mandi sendiri sambil bergoyang menyanyikan lagu Anita Bahar. Sekarang, Arif mandi bareng bersama 35 orang teman satu barak, menciduk air dari bak besar memanjang, bugil, bergoyang bersama sambil nyanyi garuda pancasila. Sampai2 ada seorang temannya yang dijuluki provost karena, maaph, “helm”nya berwarna putih. Kalo gak mandi bareng, mana ketahuan coba?! Benar2 degradasi moral. Setelah mandi dan berpakaian, yang total memakan waktu kurang dari 5 menit, para kopral berbaris menuju ruang makan bersama untuk sarapan pagi. Dasar tentara. Sarapan pagi aja pakai baris dulu. Pakai acara apel pula untuk pengecekan personel.
“Lapor! Kopral barak 5. Jumlah 36 orang. Lengkap. Siap melaksanakan sarapan pagi. Laporan selesai!”
“Laksanakan!”
“Laksanakan!”
Sarapan pagi, setelah lari keliling akmil, bukanlah surga untuk para kopral, karena harus duduk satu meja dengan senior2 nya, sersan dan mayor (sersan = tingkat 2, mayor = tingkat 3, red). Meja makan berbentuk persegi panjang. Mayor duduk di ujung meja, saling berhadapan. Istilahnya kepala meja. Sedangkan kopral kayak Arif duduk di samping meja. Istilahnya, kacung. Mau makan, “Ijin makan Bang!”. Mau tambah nasi, “Ijin tambah nasi Bang!”. Mau tambah minum, “Ijin tambah minum Bang!”. Mau nasi goreng, “Nasi goreng satu Bang! Jangan lupa telornya dipisah!”. Abis itu langsung dijitak sama mayornya. Kalo gelas mayornya kosong, kopral harus sigap menuangkan air ke gelas mayornya. Kalo mayor ingin tambah nasi, kopral harus sigap menyediakan nasinya. Kalo mayor ngelucu, kopral harus ketawa. Kalo mayornya ngegaring, kopral harus ketawa juga. Pendeknya, mayor adalah raja, kopral adalah hina dina. Pernah suatu kali Arif gak sigap menuangkan air ke gelas mayornya yang udah kosong, mayornya itu langsung memencet gelasnya sendiri sampe pecah. Malam harinya Arif gak tidur dan direndem di bak kamar mandi sang mayor sampai subuh setelah sebelumnya disuruh push up tiga jari sambil nyanyi lagu indonesia raya.
“Kopral Arif masih kuat?”
“Siap mayor! Masih kuat!”
Arif melanjutkan push up sampai 25 kali.
“Kopral Arif masih kuat?”
“Siap mayor! Masih kuat!”
Arif melanjutkan push up sampai 50 kali.
“Kopral Arif masih kuat?”
“Siap mayor! Tidak kuat. Capek mayor!”
Plakkk!!! Arif kena jitak.
“Bodoh kamu! Harusnya bilang siap mayor masih kuat! Ngerti kamu?”
“Siap mayor. Mengerti!”
“Kopral Arif masih kuat?”
“Siap mayor! Masih kuat!!”

Pelajaran di kelas adalah surga bagi kopral. Sebagian kopral tertidur pulas, sebagian lagi mimpi. Biasanya sih para dosen udah maklum. Kalo ada kopral yang tertidur saat pelajaran di kelas, dosen akan membangunkannya dengan tepukan lembut. Setelah itu menyuruh sang kopral untuk mencuci muka dan lari keliling lapangan bola 12 keliling agar tidak mengantuk lagi.
Jam 12, bel YBKTJRKDVBBPOSK, berbunyi lagi. Waktunya makan siang. Makan siang adalah ajang refreshing bagi para mayor setelah pusing dengan pelajaran di kelas. Bagi kopral, makan siang adalah ajang untuk melatih daya ingat. Kegiatan utama di meja makan adalah ‘Tes Siapa Saya?’. Setelah berkenalan sekali, kopral harus menghapal baik2 nama lengkap, jabatan, serta asal daerah mayornya. Lupa adalah dosa besar. Siang itu seorang mayor segera menutupi papan namanya dan bertanya, “Saya siapa kopral?”. Arif ingat. Dia pernah kenalan sama mayor yang satu ini dan langsung menjawab, “Siap! Sersan Mayor Taruna Wisnu Kristianto. Jabatan, Wakil Komandan Polisi Taruna. Asal, Kodam V Siliwangi, Bandung!”. Pernah suatu kali Arif lupa nama seorang mayor, padahal dulu pernah berkenalan. Mayor itu berkata dengan lemah lembut, “Kopral, nanti sehabis apel malam, main2 ke paviliun saya ya”. “Siap Mayor!”. Malam itu Arif menerima pukulan 12 kali di perut, membersihkan kamar mandi sang mayor, dan sebagai makanan penutup guling2 dua keliling lapangan bola. Arif langsung muntah2.
Bukan sekali dua kali Arif ingin mengundurkan diri dari akmil. Tapi Arif mencoba untuk bertahan. Masih dengan mimpinya. Suatu hari akan datang menemui Riska mengenakan seragam dinas malam lengkap dengan pedang panjangnya, membawa mawar putih, dan katakan cinta.

Hari itu Arif udah enam bulan di Akademi Militer. Udah enam bulan pula Arif gak pulang ke kampung halamannya di Bandung. Ada pengumuman bahwa para kopral dipersilahkan memilih posisi yang diinginkan di Canka Lokalanta. Canka Lokananta adalah grup drum band akademi militer. Setiap taruna wajib menjadi bagian dari Canka Lokananta, hanya saja alat yang dipegang memiliki gengsi tersendiri. Tentu saja yang paling bergengsi adalah posisi Penata Rama, pemimpin drum band, yang berdiri di depan barisan dan melakukan atraksi2 yang berbahaya dengan tongkatnya yang panjangnya 1,5 meter. Hanya saja untuk posisi ini, selain kekuatan badan, faktor ganteng juga diperhitungkan. Arif yang menyadari tampangnya pas2an (pas buat dijitak, pas buat dicela), keluar dari kompetisi. Posisi bergengsi lainnya adalah macan. Macan adalah sebutan bagi pemegang bass drum terbesar. Itu lho, bass drum yang segede2 gaban. Berbeda dengan pemegang bass drum di drum band umum, di akmil macan tidak mengikuti barisan. Dia berjalan2 mengelilingi barisan, sambil sesekali melakukan atraksi yang berbahaya, seperti berjalan sambil menggigit ujung bass drum, mengangkat bass drum dengan satu tangan sambil memukul dengan tangan yang lain, melempar2 bass drum, berguling2 sambil memukul bass drum, nelen bass drum bulat2, dan atraksi2 nekat lainnya. Beda tipis sama debus banten lah. Mereka juga menggunakan kostum yang berbeda dengan yang lain, seragam lapangan loreng2 dengan topeng kepala harimau dan jubah kulit harimau. Pokoknya mah gaya lah!
Arif memilih kompetisi di posisi ini.
Siang hari itu 50 kopral calon macan berkumpul di lapangan untuk di tes. Yang mengetes adalah mayor2 yang memegang posisi macan. Tes pertama adalah tes fisik. Lari bawa bass drum, guling bawa bass drum, angkat bass drum pakai satu tangan, berputar2 dengan bass drum. Pendeknya semua aktifitas membawa bass dum. Ke kamar mandi pun bawa bass drum. Hehe. Gak lah. Hanya 8 orang bertahan sampai tes terakhir. Arif masuk hitungan.
Tes terakhir itu adalah tes mental. Para calon macan disuruh mengangkat bass drum tinggi2 sambil nyanyi maju tak gentar. Tau kan? 'Maju tak gentar, membela yang bayar. Maju serentak, bos kita diserang'. Ya gitu lah pokoknya. Ketika Arif sedang mengangkat bass drum itu tinggi sambil menyanyikan lagu maju tak gentar keras2, tiba2 satu bogem mentah nyasar diperutnya. Buuuukkk!!! Arif terkesiap tapi masih bisa bertahan. Dia udah memprediksi datangnya pukulan itu. Mayor yang mukul Arif kaget melihat pukulannya tidak memberikan dampak yang material. Dia bersiap memberikan tes berikutnya, mundur jarak lima meter, pasang kuda2, lari, lompat. Grusakkk!! Mayor itu kepeleset sebelum melompat dan tersungkur menabrak kandang ayam. Mayor itu bertambah marah. Kali ini dia mengambil ancang-ancang lebih jauh, 10 meter, pasang kuda2, lari, lompat dan Buuaaaaakkkkk!!!!! Sepatu boot mayor itu melakukan pendaratan mulus di perut arif. Arif tersungkur, mengeluarkan darah segar dari mulutnya, dan pingsan. Arif dilarikan ke rumah sakit.

Malam itu Arif datang ke rumah Riska, mengenakan seragam dinas malam, lengkap dengan pedang panjang berkilatnya. Arif membangunkan Riska yang udah tertidur pulas dan mengagetkan Riska dengan kedatangannya yang tiba2 itu. Arif memberi Riska setangkai mawar putih. Riska masih berusaha menambah watt matanya, mengumpulkan nyawa, ketika Arif mengatakan cinta. Cinta yang sudah tiga tahun terpendam dalam hati, bersembunyi dalam topeng persahabatan. Arif gak berlama2 di kamar Riska. Setelah mencium kening Riska, Arif pun beranjak pergi.

21 tembakan kehormatan menggetarkan tanah pemakaman, menggetarkan jiwa setiap orang yang hadir. Jiwa orang tua yang melihat anaknya mati muda sia2. Jiwa seorang teman yang kehilangan sahabat setia. Arif gak pernah berhasil keluar dari rumah sakit. Dokter mengatakan limpanya pecah karena pukulan benda tumpul. Setelah seminggu dirawat dalam keadaan koma, Arif akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Mayor yang melakukan pemukulan dipecat dengan tidak hormat dan sedang menjalani persidangan. Komandan Resimen Koor dan Penata Rama Canka Lokananta diturunkan dari jabatannya, mempertanggungjawabkan kegagalan kepemimpinannya.

Mentari pagi mulai tersenyum cerah saat Riska terbangun dari tidur, tidak yakin atas apa yang dialaminya semalam. Tapi dia tersenyum saat melihat setangkai mawar putih tergeletak diatas meja belajarnya.

Wednesday, July 19, 2006

olympiade fisika

Dapet email tentang kemenangan beberapa putra indonesia di kancah olimpiade fisika internasional. Terharu. Dan malu.
Terharu karna Indonesia isinya bukan cuma tukang tipu, tukang korupsi, dan tukang sate ayam, tapi juga brilian2 yang mampu mengharumkan nama negeri ini. Negeri yang katanya dekat dengan Bali.
Malu karena ingat semasa SMA dulu langganan her fisika karena nilai ujiannya sering banget kurang dari 6 sampe akhirnya kejeblos IPS, masuk accounting, dan jadi auditor.
Malu karena sampai umur segini masih blum bisa membuat orang tua bangga, apalagi bangsa dan negara. Satu2nya lomba yang pernah gua juarai adalah lomba balap karung dan lomba makan krupuk 17 agustus 1995. Lumayan dapet buku tulis ciamik bergambarkan panda sedang salto di udara.

Gua masih teringat bagaimana dulu teman SMA gua gak pernah belajar menjelang ujian tapi tetap mendapatkan 9. Sedangkan gua, belajar sampe matanya udah segede telor ayam dan mendapatkan her. Tapi mungkin disitulah letak keadilan Tuhan. Beberapa orang dikasih tampang pas-pasan tapi dianugerahi IQ yang brilian. No wonder lah kalo IQ gua pas2an. Huhu.

Eniwei, dalam bidang fisika Indonesia udah bisa membuktikan diri. Sekarang ditunggu aja Indonesia bisa ikut ajang piala dunia dan sampe ke final.

Hidup Persib!!

Thursday, July 13, 2006

keberanian

Gua menatap ke atas sana, menatap dinding itu yang diam dengan angkuhnya. Dinding itu balik menatap dan mengejek, "ayo kalo lu emang bisa! coba aja!". Gua masih terdiam, menarik nafas dalam2, menatap dinding itu lekat2. Tangan berkeringat dingin. Gua melafalkan dzikir, "aku bisa", 33 kali dalam hati. Berharap keberanian akan datang bersama dzikir "aku bisa" yang gua lafalkan, bersama udara yang gua hirup dalam2.
Tiba giliran gua. Gua pakai sepatu khusus itu. Gua pasang tali pengaman dan mulai memanjat. Gua memanjat dengan cepat, takut keberanian yang gua paksakan itu keburu menguap. Terdengar suara teman2 dibawah menyemangati. "Ayo Bi. Terus naik. Jangan berhenti!". Gua terus memanjat, melawan ketinggian, melawan rasa takut gua sendiri. Sampai tiba di suatu titik dimana ketakutan udah menjadi monster yang terlalu besar untuk gua lawan. Dinding itu menang. Gua menyerah sebelum mencapai puncak. Gua phobia ketinggian.
Sial.
Gua memaki dalam hati. Gua tau sebenernya gua masih bisa. Tapi ketakutan itu menyergap begitu hebatnya, terlalu besar untuk dilawan.
Wall climbing kemaren, yang bikin gua sadar bahwa phobia gua belum hilang, membuat gua bertanya2 apakah memang para pemberani itu dilahirkan?
Ada orang melakukan hal2 ekstrem, panjat tebing tanpa tali pengaman sama sekali. Petinju bertarung di atas ring sampai salah seorang tumbang atau menyerah kalah. Tentara bertempur di hutan2, bertaruh nyawa. Mereka menunjukkan satu hal. Keberanian.

Seorang bijak berkata "Bahkan para ksatria perberani pun, kakinya bergetar di medan perang". Gua melihat pertandingan tinju di TV beberapa kali. Kamera memperlihatkan kondisi petinju sebelum naik ke atas ring. Ada yang berdoa. Ada yang bernyanyi. Terlihat bahwa mereka pun merasakan takut. Bahkan petinju yang udah khatam naik turun ring, bertanding berpuluh2 kali pun, saat akan bertanding masih merasakan takut. Takut kalah, takut KO. Gak ada orang yang benar2 bebas dari rasa takut.
Dan rasa takut bukan hanya saat kita melakukan hal2 ekstrem seperti panjat tebing atau bertarung. Rasa takut menyergap saat kita akan bicara di depan umum, saat menghadapi ujian, saat kita menghadapi lingkungan baru, saat malam pertama. hehe. Ketakutan muncul saat kita melakukan hal yang tidak biasa, hal yang diluar wilayah nyaman kita. Makanya, semakin sering kita melakukan suatu hal, semakin tidak takut kita, semakin biasa. Orang bilang, bisa karena biasa. Mungkin gua masih merasakan ketakutan saat wall climbing kemaren, karena itu saat pertama gua dan mungkin karena gua gak banyak berusaha untuk menghilangkan phobia gua.

Keberanian bukanlah tidak merasa takut. Keberanian adalah menghadapi apa yang kita takutkan. "Face your fear!".

sayangnya

di dunia percintaan yang penuh warna warni ini ada satu kata ajaib yang bisa mengubah gemerlap cinta menjadi kelabu, terang menjadi suram, bahagia menjadi hina dina, tampan menjadi tampan. ya kalo memang dasarnya sudah tampan, ya tetep aja tampan. bukti hidup, gua. ;p
kata ajaib itu adalah 'sayangnya'.

"cynthia aku suka kamu.."
"sayangnya aku tidak."
"cynthia, aku sayang kamu.."
"sayangnya aku udah punya pacar dan sayangnya aku gak sayang sama kamu.."
"cynthia, aku sayang kamu. aku ingin kamu semenjak pertama kali kita bertemu.."
"aku tau. sayangnya aku udah menikah dan sayangnya aku masih gak sayang sama kamu."
"cynthia, aku ingin menjadi pendamping hidupmu, menghabiskan sisa umurku bersamamu."
"sayangnya aku gak mau kamu menjadi pendamping hidupku. walopun suamiku udah meninggal dan aku udah punya 12 orang cucu, sayangnya aku masih belum bisa sayang sama kamu.maaph2 aja ya."
"cynthia, aku tak bisa mencinta wanita lain selain dirimu.."
"aku terharu ranol. sungguh. sayangnya, walopoun kamu adalah makhluk berkelamin jantan terakhir di dunia ini, aku masih belum bisa sayang sama kamu."

well, cinta memang indah, sayangnya terkadang hidup memang kejam.

Monday, July 10, 2006

menulis cerpen

ternyata menulis cerpen itu susah saudara-saudara sekalian!
yang pasti, menurut gua, menulis cerpen itu lebih susah daripada mengupil.
mengapa?
karena menulis cerpen membutuhkan lebih dari satu jari. it's 4 sure!! dan yang pasti menulis cerpen membutuhkan waktu yang lebih lama daripada mengupil, terkecuali kalo 'the thing' yg kita cari itu bersembunyi di lubang terdalam. in that case, mungkin kesulitan mengupil bisa naik satu level. tapi secara general, menulis cerpen masih menang.

walopun mengupil dan menulis cerpen adalah dua buah kegiatan yg berbeda, kita bisa melakukan keduanya sekaligus. ketika kita mengupil, kita bisa sambil berimajinasi, memikirkan cerita yg bakal kita tulis di cerpen. ini salah satu pelajaran yg gua ambil dari "7 habits of highly efficient people". 'prinsip nomor satu = 'manfaatkan waktu anda se-efisien mungkin'. mengupil sambil berimajinasi adalah salah satu tips yg bisa yg gua implementasikan dalam dunia nyata. selain waktu menjadi lebih efisien, kenikmatan yg diperoleh juga double!

eniwei, menulis cerpen itu mengasyikkan. membiarkan otak kanan kita bekerja, menerbangkan imajinasi kita sampai ke langit ke tujuh, mengeksplore dunia yg belum kita sentuh dan mungkin takkan pernah. namanya juga imajinasi. di tengah dunia yg didominasi otak kiri, berimajinasi yg notabene full menggunakan otak kanan bisa amat mengasyikkan.
ketika kita menulis cerpen, kita membentuk sebuah atau dua buah tokoh, menamai tokoh2 itu, kita membuat dunia&waktu yg menjadi settingnya, kita menentukan apa yg terjadi pada tokoh itu, dan bagaimana akhirnya cerita itu. berasa jadi dewa gak sih?

belum lagi saat kita berbagi cerita itu sama orang laen dan tau bahwa orang2 menikmati khayalan kita itu. tersenyum, tertawa, dan tersentuh. mantabb rasanya. ;p

eniwei, u/ killing time & melatih otak kanan, menulis cerpen bisa jadi satu alternatif (selain mengupil tentunya).

Thursday, July 06, 2006

3078 MDPL - sebuah jawaban

cerpen lagi. nyambung yg kemaren. hope u;ll enjoy it. piss.


3078 METER DIATAS PERMUKAAN LAUT - sebuah jawaban

Kampus UNB. September 2002.

Tahun akademik baru. Ospek fakultas. Mahasiswa-mahasiswa baru pada panik nyariin tanda tangan senior. Selama masa ospek, mahasiswa-mahasiswa baru emang diwajibkan u/mendapatkan tanda tangan dari senior dengan quota tertentu. Hal ini bertujuan, tentunya u/memfasilitasi anak baru supaya lebih kenal dengan seniornya dan memfasilitasi senior2 yang masih jomblo u/mendapatkan jodoh.
Tujuan yang mulia.

Matahari tersenyum cerah dan awan masih malu2 menampakkan dirinya. Sedaaap. Di ruang C dosen mata kuliah kewiraan sedang menerangkan betapa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan bahwa judi itu haram. Setelah mempertimbangkan bahwa dia cukup hapal sila ke-3 pancasila, Andri memutuskan nitip tanda tangan kepada kawan kepercayaannya dan memilih u/nongkrong di kantin FE.
Kantin ini emang pewe banget. Selain lokasinya strategis u/melihat lalu lintas mahasiswi2 cantik dari fakultas sebelah, juga ga jauh dari ruang kuliah. Jadi kalo ada absen panggil, tinggal masuk kelas. Aman.

Andri. Mahasiswa semester 3 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Bandung. Rambut kribo metalik dan gigi gak rata. Badan kurus layaknya seorang pemadat dan muka jauh dari kesan ganteng apalagi simpatik. Ibu-ibu yang seangkot sama dia sering kali melayangkan tatapan iba dan berdoa dalam hati semoga anak mereka gak seperti Andri jika besar nanti.
Tapi ada membedakan Andri dari mahasiswa2 yang lainnya. Dia punya karisma. Setiap kali melambaikan tangan pasti angkot2 langsung berhenti dan tukang ojek menghampiri. Hehe. Bukan. Bukan karisma yg seperti itu. Pembawaannya yang ceria dan super pede bisa mengeliminir penampilannya yang minim. Dia pintar meyakinkan orang dan gaya bicaranya persuasif. Mantaap.

Eniwei, saat Andri sedang menyeruput es buahnya, tiba2 ada seorang makhluk manis menghampiri.
“Allow kang. Lagi sibuk ga? Boleh kenalan?”
Heueheu. Andri tertegun dan gak mempercayai keberuntungannya hari ini. Serasa bidadari turun dari angkot. Kapan lagi ada cewe cantik datang dan ngajak kenalan duluan kalo bukan di ospek fakultas? Pakai acara tersenyum ramah lagi. Bener2 deh. God must be smiling right now.
“Allow juga”. Andri tersenyum, memamerkan giginya yg gak rata itu.
“Nama saya Astri. Astriana Mahadewi. Nama akang siapa?” Ckckck. Namanya memang seindah orangnya, kata Andri dalam hati.
“Saya Andri. Kamu anak baru ya?”
“Iya kang”.
“Dari SMA mana?”
“Dari SMAN 8 Jakarta kang”.
“Ooh. Pinter dong”.
“Ah, gak juga kang. Akang dari SMA mana?”
“Jangan panggil kang ah. Geli. Panggil mas aja”.
“…”
“Hehe. Panggil Andri aja maksudnya. Saya dari SMAN 70”.
“Ooh. Boleh minta tanda tangannya kang?”
“Oh. Boleh2. Tapi ada syaratnya”.
“Apa kang?”
“Kamu harus cari bunga mawar merah dan kasih saya. Paling telat ntar sore.”




Agustus 2005.

“Sembilan puluh lima, semmbilan puuh luh en..nnnam, sembilan puluh tuuu.. juh, se..ra..tussss. ARGHHHH..”
Andri lagi latihan push up. Udah setaun ini Andri rajin banget olahraga. Push up. Sit up. Lari pagi. Kadang sampe sehari tiga kali Andri latihan. Setiap habis makan. Hehe. Gak lah. Emang minum obat?
Bukan buat ikut element body kontes Andri latihan. Bukan buat jadi jagoan. Andri hanya ingin jadi pria yang lebih kuat. Yang bisa memberikan rasa aman. Buat Astri.
Andri juga ga pernah bolos kuliah lagi. Setiap tugas dia kerjakan. Andri belajar mati-matian. Seringkali begadang sampai larut malam. Mati diganjel korek api udah biasa. Dan bukan sekali dua kali Andri tertidur di meja belajarnya. Dia pengen cepat lulus kuliah, cum laude kalo bisa. Andri juga lebih rajin sholat. Walopun bacaannya ga jauh dari kulhu dan An-naas.
Semua demi Astri.

Masih teringat jelas di benaknya kata – kata Astri setahun lalu, sehari setelah dia ngasih edelwis buat Astri.

Belum pernah dri.
Belum pernah Astri mendapatkan cinta setinggi ini.
Setinggi puncak gunung, sejajar dengan awan-awan.
Astri betul-betul tersanjung. Sungguh.
Tapi tolong, jangan lagi minta Astri jadi pacar Andri.
Astri mau lebih dari itu.
Lamar Astri.
Kalau memang cinta Andri seperti bunga edelwis yang tak pernah layu,
Astri mau menunggu.
Sampai Andri siap.
Karena cinta sejati mau menunggu.


Seminggu kemudian Astri pindah ke medan. Ayahnya dipercaya u/menjadi kepala cabang salah satu bank BUMN disana. Astri anak tunggal dan ibunya udah meninggal. Astri ingin menemani ayahnya disana.

Setiap kali Andri down, setiap kali dia kangen sama Astri, ditatapnya mawar merah kering yang udah terbingkai dalam kaca. Mawar merah pemberian Astri waktu pertama kali berkenalan. Hanya dengan menatap mawah merah itu sejenak, Andri mendapatkan semangatnya kembali.

Dan semuanya terbayarkan. Andri lulus kuliah tepat waktu. Cum laude. Sudah dua bulan ini Andri bekerja di salah satu perusahaan minyak asing di Jakarta. Andri menunggu wisudanya minggu depan. Astri berjanji akan datang.


Jakarta. 5 September 2005.
Andri sedang asyik push up sambil nonton TV. Ada breaking news. Mandala Air Lines yang bertolak dari bandara polonia medan mengalami kecelakaan. Pesawat yang ditumpangi Astri. Andri panik. Dia langsung bertolak ke bandara saat itu juga u/mencari informasi. Baru sore hari Andri dapat keterangan yang jelas. Nama Astri ada di daftar korban. Andri pingsan.

Jakarta. 5 Maret 2006.
Andri meletakkan sekuntum mawar merah di pusara Astri. Dia berdoa sejenak. Udah enam bulan berlalu sejak kepergian Astri tapi baru kali ini Andri bisa menguatkan diri u/mengunjungi pusaranya. Andri gak menangis. Dia tau Astri ingin dia tetap tegar.

Dan pabila mentari pagi dan purnama bersatu.
Cahyanya takkan mampu melebihi keindahanmu.


nb : Dedicated for Natalia Magdalena Sitanggang. Seorang korban kecelakaan Mandala Air Lines Polonia, Medan. Seorang teman. May God bless you.

Tuesday, July 04, 2006

3078 meter diatas permukaan laut

lagi belajar nulis cerpen nih. first time. hope u'll enjoy it.


3078 METER DIATAS PERMUKAAN LAUT

Andri pusing. Udah tiga taun dia kenal Astri, tiga kali dia nembak Astri, tiga kali pula dia gagal. Seharusnya dia udah dapet payung cantik atau gelas menarik. Beragam cara katakan cinta udah dia lakukan. Nembak pertama sambil makan bareng, gagal. Alasan Astri, klasik, pengen konsen belajar dulu. Nembak kedua, di depan kost2annya Astri, Andri salto dua kali di udara sambil bawa mawar merah, gagal. Alasannya, Astri lebih suka mawar putih. Nembak ketiga, di kantin kampus, bawa gitar sambil nyanyiin lagu Metallica. Gagal. Alasannya, buat Astri daripada musik metal lebih baik musik jazz.

Lalu Astri punya pacar.

Dan sialnya Astri awet bener sama pacarnya yang satu ini. Sebulan. Dua bulan. Tiga bulan. Andri masih aja berharap. Selama janur kuning belum berdiri, masih terbuka kesempatan pikirnya. Setahun. Dua tahun. Selama matahari masih terbit dari timur, selama Jakarta masih macet, pikir Andri. Ckckck. Tiga tahun. Sampai akhirnya terdengar kabar Astri putus sama pacarnya yang lama. Pacarnya selingkuh.

Hati Andri berbunga-bunga. Harapan kembali datang seperti bunga sakura bermekaran di musim semi. Huhuuuy. Emang endah betul kalo orang lagi jatuh cinta. Cuman dia gak tau gimana lagi caranya nembak Astri biar Astri mau jadian sama dia. Sampai suatu saat, Armas, temen kuliah Andri ngajakin dia naik gunung.

Dan otak kreatif Andri pun mulai bekerja. Dia pernah denger kalo bunga edelwis itu abadi, ga pernah layu. Sebenernya sih berlian yang abadi, lebih elegan pula, cuman mahal euy. Status Andri sebagai mahasiswa perantauan dan penghasilan tambahannya dari ngasih les privat Pancasila buat anak SD tidak cukup membantu. Andri belum mau masuk buser karena tertangkap maling berlian di toko terdekat. Dia pengen ngasih Astri edelwis yang dia ambil edelwis dari puncak gunung dengan tangan dia sendiri.

Ini pertama kalinya Andri naik gunung. Serem juga. Bukan sekali dua kali dia denger ada orang ilang di gunung. Andri berdoa, “Tuhan lindungi aku, demi cinta”.

Berangkatlah Andri dan kawan kawan. Mereka milih jalur pendakian linggar jati jadi mereka harus naik bis dulu ke kota Cirebon sebelumnya. Kebeneran ada temennya Armas disana. Mereka milih pendakian malam hari. “Kalo malam ga begitu panas, jadi gak gitu capek dan kita gak bakal banyak minum”, begitu kata Armas yang udah malang melintang di dunia pendakian. Dan karena di puncak gak ada sumber mata air, mereka harus bawa air dari bawah. Mereka bawa 15 liter, Andri kebagian lima liter. Plus bawa tenda, jaket, makanan, dan baju, berat ransel Andri sekitar 10 kilo. Gapapa, pikir Andri. Demi cinta.

Satu jam pertama Andri memimpin di depan. Walopun gak tau jalan, impian akan edelwis bikin dia antusias dan memimpin pendakian. Sering kali Andri harus manggil temen2nya yang ketinggalan di belakang. Tapi itu satu jam pertama. Setelah itu Andri mulai kelelahan. Tiap 10 menit sekali Andri minta berenti. Capek. Konsentrasi mulai buyar. Ditambah gelapnya malam, bukan sekali dua kali Andri kepeleset terguling-guling dan kepentok pohon. Huhu. Nasib, nasib. Dia heran ngeliat rekan perjuangannya yang masih sehat walafiat tak kurang suatu apa, sambil ngerokok lagi. Kurang tantangan kali ni orang. Andri mikir, mungkin rekan2 sependakiannya itu punya silsilah kekerabatan yang lebih dekat sama orang utan ketimbang dia.

Dan pendakian terus berlanjut sampai 12 jam. Andri yakin, besok pagi begitu nyampe puncak, dia pasti mencret-mencret. Demi cinta.

Puncak Gunung Ciremai emang ga ada duanya, pikir Andri. Dari puncak kita bisa ngeliat kawahnya yang masih aktif. Sekali-kali terlihat asap muncul dari kawah itu. Awan-awan nampak sejajar sama kita. Berasa ada di negeri diatas awan. Denger2, Gunung Ciremai ini adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Bener2 gak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Kota Cirebon sebelah utara yg punya pantai itu bener2 keliatan nyambung sama laut jawa. Ckckck. Dan pendakian selama 12 jam malah membuat pemandangan ini lebih indah lagi. Andri inget Astri. Buat Andri, Astri lebih indah.

Mereka bikin tenda di situ cuma semalam. Besoknya langsung turun gunung. Dan seperti yang dibilang Armas, di lereng menuju puncak memang banyak ditumbuhi edelwis, bunga abadi. Andri cuma metik satu tangkai, buat Astri.

Kosan Astri. Ruang tamu. Jam sembilan malem. Andri abis ngajakin Astri nonton Spiderman. Andri pamit pulang. Tapi sebelum itu dia ngasih secarik kertas buat Astri. Di kertas itu ada setangkai edelwis.



3078 meter diatas permukaan air laut
12 jam pendakian menuju puncak
10 kilogram keril bag di bahu
1 kuntum edelwis untuk gadis termanis

Gn.Ciremai, 17-19 Agustus 2004


NB : Astri, kalo kamu mau, akan kudaki semeru buat kamu.



Astri emang ga bilang apa2 saat itu. Cuma tersenyum tipis dan matanya berkaca-kaca.

Monday, July 03, 2006

mencari jerapah

waktu menunjukkan pukul empat lewat enam belas menit. bentar lagi pulang. huhuy!!!
kabar baik hari ini adalah hari ini gua santai. gua ga dapat kerjaan apa-apa. pergi ke kantor, internetan kesana kemari, pulang, dan dibayar untuk itu. huhuhu.. bahagianya hatiku. it's kind of job that most people wants. believe me, even pegawai negeri aja kalah santai sama gua.
kabar buruknya adalah GUA PENGEN NELEN JERAPAH tapi GAGAL. beneran deh. this "sitting-eight-hours-in-the-office-doing-nothing" begin to kill me. tadi tuh gua udah coba-coba nyari-nyari jerapah buat gua telen supaya ada kegiatan selain browsing dan mencari kutu di rambut teman tapi di plaza 89 ini nampak udah ga ada lagi gajah yg masih survive. did i say gajah? well, gajah jerapah, what's the different?!
berhubung kegiatan gua mencari jerapah gagal maka akhirnya seperti biasa gua pergi ke basement mencari rokok. gua pencaya rokok bisa memberikan sedikit petunjuk sama gua, kenapa populasi jerapah bisa punah secepat itu di plaza 89.
honestly, sampe sekarang gua belum tau jawabannya. mungkin nanti sebelum pulang gua coba lewat ragunan dulu kali yah, sapa tau monyet2 disana tau jawabannya. eniwei, sodara jauh gua yg satu itu emang biasanya bisa ngasih jawaban yg gak kepikiran sama gua.

gua siap2 dulu ah. kasian monyet2 pada nunggu..