Tuesday, May 08, 2007

HMI


HMI.
Himpunan Mahasiswa Islam.
Konon organisasi ini sangat populer pada jamannya. Mahasiswa2 berbondong-bondong ingin ikut bergabung dalam organisasi ini. Konon saking terlalu banyaknya mahasiswa yg ingin ikut bergabung, sampai diadakan seleksi yg sangat ketat. Konon para alumni organisasi ini banyak yg menjadi pejabat pemerintahan.
Konon.

Sekarang?

Sepi. Organisasi ini begitu sepi peminat, setidaknya di kampus gw sih begitu kondisinya. Mahasiswa2 yg suka berorganisasi cenderung lebih memilih organisasi lain.


Kenapa?

Wah, gw juga gak tau yah. Ada yg bilang HMI kurang keren. Ada yg bilang, HMI terlalu berorientasi ideologis. Ada yg bilang HMI gak kedengaran gaungnya. Jawaban untuk pertanyaan ini bagi setiap orang mungkin berbeda. Tapi mungkin ada satu jawaban yg bisa cukup mewakili: Karena HMI udah gak bisa ngasih apa yg dibutuhin mahasiswa saat ini.
Ada gula, ada semut.
Kalo HMI bisa ngasih apa yg dibutuhin mahasiswa saat ini, mungkin HMI bakal diminati seperti dulu. Tapi mungkin ada jomplang antara tawaran yg diberikan HMI sama kebutuhan mahasiswa.

Lapangan kerja semakin sulit didapat. Kompetisi semakin ketat. Kuliah di Universitas Negeri dan punya IPK tinggi gak menjamin. Kuliah pun semakin dipercepat. 4 tahun harus lulus kuliah. Normalnya sih segitu. 7 tahun maksimal. Itu pun udah jadi kuncen kampus, udah gak ada temen seangkatannya lagi. Udah bukan jamannya lagi jadi mahasiswa abadi sekarang ini. Waktu untuk berorganisasi ria pun semakin sedikit. Apalagi untuk berdemo. Gak ada waktu. Lagipula, gak ada yg special dengan demo di jaman reformasi ini. Semua orang bisa berdemo. Warga korban lapindo brantas lah, para seniman yg menolak UU Anti Pornografi lah, mantan karyawan PT DI lah. Demo bukan milik mahasiswa lagi.


Kalo kuliah hanya sekedar kuliah, lalu dimana tanggung jawab mahasiswa pada masyarakat?

Sekarang kuliah udah mahal banget Mas. Subsidi dari pemerintah pun mulai dikurangi di beberapa Universitas yg BHMN. Lulus kuliah pun gak ada jaminan untuk dapat kerja, dapat cari nasi. Lantas kenapa para mahasiswa sekarang ini harus merasa bertanggung jawab pada masyarakat?


HMI seringkali membebani para kadernya dengan tanggung-jawab-pada-masyarakat. Sebuah tanggung jawab yg mulai jarang dimiliki para mahasiswa sekarang ini. Sebuah tanggung jawab yg mulai gak relevan sekarang ini, menurut gw sih. Kalo mau bicara tanggung jawab, tentunya gw bertanggung jawab sama pihak yg porsinya paling besar dalam kuliah gw. Orang tua gw. Bukan masyarakat. Lagipula, siapa itu masyarakat?


Mahasiswa sekarang ini cuma punya waktu sedikit, sehubungan dengan waktu kuliah yg semakin cepat tadi. Jadwal kuliah lah, tugas lah, pacaran lah (lho, membina masa depan itu penting kan?), belum lagi dugem dan waktu begaul. Jadi kalo gak dapat manfaat, ngapain berorganisasi? Ngapain masuk HMI?


Bahkan, di kampus gw dulu (denger2 sih sekarang juga), HMI kalah bersaing dengan organisasi2 intra kampus lainnya seperti Himpunan dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Ataupun organisasi ekstra kampus seperti AISEC yg sudah lama settle.


Ngapain masuk HMI? Buat apa masuk HMI?
Apa gunanya menjadi kader HMI buat saya, bagi masa depan saya?

Bisakah HMI menjawab pertanyaan diatas? Pertanyaan2 bagi HMI yg harus bisa dijawab kader2 HMI jika ingin HMI tetap eksis.

Pertanyaan selanjutnya: Perlukah HMI untuk tetap eksis?

Kalo gak perlu, ngapain dipertahankan untuk tetap eksis kan.

3 comments:

Mang Roisz said...

Hanya ketika gaung mesra itu tidak diperlukan lagi

maka sumbernya baru bisa dipupus

Mang Roisz said...

hanya satu bahan renungan,...
sumbangsih apa yang saya berikan untuk perubahan di HMI?!?

atau saya malah menjadi pengikut arus globalisasi yang ada di sana?

encep subona said...

mungkin saya termasuk yg kedua Is.
terseret arus globalisasi yg ada.

kesian ya?