Friday, November 07, 2008

Raka Adamantino Setiawan (part 2)

Anak adalah anugerah. Itu mungkin peribahasa umum yang mungkin tidak selalu menjadi kenyataan. Tapi bagi keluarga kecil kami, kehadiran Raka benar2 menjadi anugerah.
.
Raka lahir tepat 9 bulan setelah pernikahan kami. No waiting time. Kami menikah tanggal 07-07-07, Raka lahir tanggal 08-04-08. Kami tidak pernah mengalami kekhawatiran menunggu datangnya anak. Itu anugerah pertama.
.
Raka, tentu saja bisa ditebak dari namanya, adalah laki-laki. Selama ini saya selalu membayangkan, selalu berdoa, selalu berharap agar mendapatkan anak pertama laki-laki. Saya selalu membayangkan aktivitas father & son yang akan saya lakukan bersama anak saya. Entah itu camping, hiking, nonton pertandingan tinju lokal live, nonton konser Pas Band, atau sekadar kemah2an di depan rumah. Kalau anaknya perempuan, masa saya harus ikut main boneka2an? Istri saya saja sempat khawatir kalau anak pertama kami adalah perempuan. Kemungkinannya ada dua, antara saya kurang sayang karena tidak sesuai dengan yang diharapkan, atau kemungkinan kedua, anak itu jadi tomboy abis (terjadi pada adik perempuan saya yang kedua kakaknya laki2). Kalau sekarang sih saya sudah ikhlas ;) mau dapat anak kedua perempuan senang, dapat laki-laki lagi juga senang. Ini adalah anugerah yang kedua.
.
Raka adalah anak yang sehat. Selama 7 bulan ini Raka jarang, jarang, jarang sekali sakit. Padahal kata orang kok katanya anak kecil/bayi itu sering sakit. Raka tidak. Masih lebih sering kami orang tuanya sakit daripada dia. Paling2 sedikit demam kalo diantara orang rumah ada yang kena flu. Itu pun tidak parah dan tidak lama. Ini anugerah yang ketiga.
.
Tinggi dan berat bedan Raka selalu berada sedikit diatas garis normal. Pipinya gembil menggemaskan. 6 bulan pertama menyusu nya sangat kuat. Sampai2 ASI istri yang tergolong banyak saja seringkali gak cukup. Kami selalu senang setiap kali membawa dia ke RS Mitra Timur untuk check up bulanan dan imunisasi. Pernah satu kali kita ketemu orang (bawa bayi juga) di RS Mitra Timur. Terus orang itu bertanya:
"Anaknya umur berapa mas?".
"6 bulan", saya bilang.
"Emang anak Bapak umur berapa?", saya balas bertanya untuk basa basi.
"Oh,anak saya mah sudah 10 bulan. Dia mah memang kecil", katanya.
Anak saya memang lebih besar dari anak orang itu, mungkin hampir dua kalinya. Saya sih senyum biasa aja, padahal dalam hati sih tepuk dada. Anak gua. Ini adalah anugerah yang keempat.
.
Raka itu sumeh (bhs jawa: murah senyum). Gak pernah nangis digendong siapa pun, walaupun belum kenal sama sekali. Tetangga2 dan sodara2 jadi senang sama dia, karena selain murah senyum juga mau digendong siapapun. Gak rewel. Kita jadi senang ajak dia jalan2 di sekitar komplek rumah. Baby sitternya aja senang kalo ajak dia jalan. Kata baby sitter saya, ada sebuah keluarga di komplek saya yang senang sama Raka, sa-keluarga2nya. Kalau dia diajak jalan2 sore di depan rumah itu pas ada orang, pasti diculik masuk rumah. Baru boleh pulang kalau sudah mau maghrib. Ini adalah anugerah yang kelima.
.
Raka itu doyan makan. Kami gak pernah tuh mengalami kesulitan kasih dia makan. Dikasih apa aja doyan. Bubur kentang + brokoli, doyan. Bubur beras merah + wortel + ayam, doyan. Buah2an, apalagi. Terus kalau makan, kelihatan lahap sekali. Kita senang sekali lihat dia makan. Ini adalah anugerah yang keenam.
.
Raka adalah cucu pertama, baik untuk keluarga saya, maupun untuk keluarga istri saya. Dengan lahirnya Raka, seakan-akan tugas saya sebagai anak pertama untuk memberi cucu, tunai sudah. Rasa penasaran kakek2 & nenek2nya Raka terbayarkan. Ini adalah anugerah yang ketujuh.
.
Dan mungkin masih banyak anugerah2 lainnya yang dibawa Raka seiring dengan kelahirannya di muka bumi ini. Alhamdulillah...

1 comment:

Rhisuka said...

hmm.. another side of arbi's personality, hehehe.. yup, anak adalah anugerah, anugerah yang sangat sangat gue harapkan, hiks hiks..