Thursday, July 06, 2006

3078 MDPL - sebuah jawaban

cerpen lagi. nyambung yg kemaren. hope u;ll enjoy it. piss.


3078 METER DIATAS PERMUKAAN LAUT - sebuah jawaban

Kampus UNB. September 2002.

Tahun akademik baru. Ospek fakultas. Mahasiswa-mahasiswa baru pada panik nyariin tanda tangan senior. Selama masa ospek, mahasiswa-mahasiswa baru emang diwajibkan u/mendapatkan tanda tangan dari senior dengan quota tertentu. Hal ini bertujuan, tentunya u/memfasilitasi anak baru supaya lebih kenal dengan seniornya dan memfasilitasi senior2 yang masih jomblo u/mendapatkan jodoh.
Tujuan yang mulia.

Matahari tersenyum cerah dan awan masih malu2 menampakkan dirinya. Sedaaap. Di ruang C dosen mata kuliah kewiraan sedang menerangkan betapa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan bahwa judi itu haram. Setelah mempertimbangkan bahwa dia cukup hapal sila ke-3 pancasila, Andri memutuskan nitip tanda tangan kepada kawan kepercayaannya dan memilih u/nongkrong di kantin FE.
Kantin ini emang pewe banget. Selain lokasinya strategis u/melihat lalu lintas mahasiswi2 cantik dari fakultas sebelah, juga ga jauh dari ruang kuliah. Jadi kalo ada absen panggil, tinggal masuk kelas. Aman.

Andri. Mahasiswa semester 3 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Bandung. Rambut kribo metalik dan gigi gak rata. Badan kurus layaknya seorang pemadat dan muka jauh dari kesan ganteng apalagi simpatik. Ibu-ibu yang seangkot sama dia sering kali melayangkan tatapan iba dan berdoa dalam hati semoga anak mereka gak seperti Andri jika besar nanti.
Tapi ada membedakan Andri dari mahasiswa2 yang lainnya. Dia punya karisma. Setiap kali melambaikan tangan pasti angkot2 langsung berhenti dan tukang ojek menghampiri. Hehe. Bukan. Bukan karisma yg seperti itu. Pembawaannya yang ceria dan super pede bisa mengeliminir penampilannya yang minim. Dia pintar meyakinkan orang dan gaya bicaranya persuasif. Mantaap.

Eniwei, saat Andri sedang menyeruput es buahnya, tiba2 ada seorang makhluk manis menghampiri.
“Allow kang. Lagi sibuk ga? Boleh kenalan?”
Heueheu. Andri tertegun dan gak mempercayai keberuntungannya hari ini. Serasa bidadari turun dari angkot. Kapan lagi ada cewe cantik datang dan ngajak kenalan duluan kalo bukan di ospek fakultas? Pakai acara tersenyum ramah lagi. Bener2 deh. God must be smiling right now.
“Allow juga”. Andri tersenyum, memamerkan giginya yg gak rata itu.
“Nama saya Astri. Astriana Mahadewi. Nama akang siapa?” Ckckck. Namanya memang seindah orangnya, kata Andri dalam hati.
“Saya Andri. Kamu anak baru ya?”
“Iya kang”.
“Dari SMA mana?”
“Dari SMAN 8 Jakarta kang”.
“Ooh. Pinter dong”.
“Ah, gak juga kang. Akang dari SMA mana?”
“Jangan panggil kang ah. Geli. Panggil mas aja”.
“…”
“Hehe. Panggil Andri aja maksudnya. Saya dari SMAN 70”.
“Ooh. Boleh minta tanda tangannya kang?”
“Oh. Boleh2. Tapi ada syaratnya”.
“Apa kang?”
“Kamu harus cari bunga mawar merah dan kasih saya. Paling telat ntar sore.”




Agustus 2005.

“Sembilan puluh lima, semmbilan puuh luh en..nnnam, sembilan puluh tuuu.. juh, se..ra..tussss. ARGHHHH..”
Andri lagi latihan push up. Udah setaun ini Andri rajin banget olahraga. Push up. Sit up. Lari pagi. Kadang sampe sehari tiga kali Andri latihan. Setiap habis makan. Hehe. Gak lah. Emang minum obat?
Bukan buat ikut element body kontes Andri latihan. Bukan buat jadi jagoan. Andri hanya ingin jadi pria yang lebih kuat. Yang bisa memberikan rasa aman. Buat Astri.
Andri juga ga pernah bolos kuliah lagi. Setiap tugas dia kerjakan. Andri belajar mati-matian. Seringkali begadang sampai larut malam. Mati diganjel korek api udah biasa. Dan bukan sekali dua kali Andri tertidur di meja belajarnya. Dia pengen cepat lulus kuliah, cum laude kalo bisa. Andri juga lebih rajin sholat. Walopun bacaannya ga jauh dari kulhu dan An-naas.
Semua demi Astri.

Masih teringat jelas di benaknya kata – kata Astri setahun lalu, sehari setelah dia ngasih edelwis buat Astri.

Belum pernah dri.
Belum pernah Astri mendapatkan cinta setinggi ini.
Setinggi puncak gunung, sejajar dengan awan-awan.
Astri betul-betul tersanjung. Sungguh.
Tapi tolong, jangan lagi minta Astri jadi pacar Andri.
Astri mau lebih dari itu.
Lamar Astri.
Kalau memang cinta Andri seperti bunga edelwis yang tak pernah layu,
Astri mau menunggu.
Sampai Andri siap.
Karena cinta sejati mau menunggu.


Seminggu kemudian Astri pindah ke medan. Ayahnya dipercaya u/menjadi kepala cabang salah satu bank BUMN disana. Astri anak tunggal dan ibunya udah meninggal. Astri ingin menemani ayahnya disana.

Setiap kali Andri down, setiap kali dia kangen sama Astri, ditatapnya mawar merah kering yang udah terbingkai dalam kaca. Mawar merah pemberian Astri waktu pertama kali berkenalan. Hanya dengan menatap mawah merah itu sejenak, Andri mendapatkan semangatnya kembali.

Dan semuanya terbayarkan. Andri lulus kuliah tepat waktu. Cum laude. Sudah dua bulan ini Andri bekerja di salah satu perusahaan minyak asing di Jakarta. Andri menunggu wisudanya minggu depan. Astri berjanji akan datang.


Jakarta. 5 September 2005.
Andri sedang asyik push up sambil nonton TV. Ada breaking news. Mandala Air Lines yang bertolak dari bandara polonia medan mengalami kecelakaan. Pesawat yang ditumpangi Astri. Andri panik. Dia langsung bertolak ke bandara saat itu juga u/mencari informasi. Baru sore hari Andri dapat keterangan yang jelas. Nama Astri ada di daftar korban. Andri pingsan.

Jakarta. 5 Maret 2006.
Andri meletakkan sekuntum mawar merah di pusara Astri. Dia berdoa sejenak. Udah enam bulan berlalu sejak kepergian Astri tapi baru kali ini Andri bisa menguatkan diri u/mengunjungi pusaranya. Andri gak menangis. Dia tau Astri ingin dia tetap tegar.

Dan pabila mentari pagi dan purnama bersatu.
Cahyanya takkan mampu melebihi keindahanmu.


nb : Dedicated for Natalia Magdalena Sitanggang. Seorang korban kecelakaan Mandala Air Lines Polonia, Medan. Seorang teman. May God bless you.

1 comment:

Anjar Priandoyo said...

Wah tulisan ini banyak yang muji lho pas di email, tapi kok kayanya lum ada yang nangkring di blog-nya, wah Bi, kurang promosi tuh