Thursday, July 13, 2006

keberanian

Gua menatap ke atas sana, menatap dinding itu yang diam dengan angkuhnya. Dinding itu balik menatap dan mengejek, "ayo kalo lu emang bisa! coba aja!". Gua masih terdiam, menarik nafas dalam2, menatap dinding itu lekat2. Tangan berkeringat dingin. Gua melafalkan dzikir, "aku bisa", 33 kali dalam hati. Berharap keberanian akan datang bersama dzikir "aku bisa" yang gua lafalkan, bersama udara yang gua hirup dalam2.
Tiba giliran gua. Gua pakai sepatu khusus itu. Gua pasang tali pengaman dan mulai memanjat. Gua memanjat dengan cepat, takut keberanian yang gua paksakan itu keburu menguap. Terdengar suara teman2 dibawah menyemangati. "Ayo Bi. Terus naik. Jangan berhenti!". Gua terus memanjat, melawan ketinggian, melawan rasa takut gua sendiri. Sampai tiba di suatu titik dimana ketakutan udah menjadi monster yang terlalu besar untuk gua lawan. Dinding itu menang. Gua menyerah sebelum mencapai puncak. Gua phobia ketinggian.
Sial.
Gua memaki dalam hati. Gua tau sebenernya gua masih bisa. Tapi ketakutan itu menyergap begitu hebatnya, terlalu besar untuk dilawan.
Wall climbing kemaren, yang bikin gua sadar bahwa phobia gua belum hilang, membuat gua bertanya2 apakah memang para pemberani itu dilahirkan?
Ada orang melakukan hal2 ekstrem, panjat tebing tanpa tali pengaman sama sekali. Petinju bertarung di atas ring sampai salah seorang tumbang atau menyerah kalah. Tentara bertempur di hutan2, bertaruh nyawa. Mereka menunjukkan satu hal. Keberanian.

Seorang bijak berkata "Bahkan para ksatria perberani pun, kakinya bergetar di medan perang". Gua melihat pertandingan tinju di TV beberapa kali. Kamera memperlihatkan kondisi petinju sebelum naik ke atas ring. Ada yang berdoa. Ada yang bernyanyi. Terlihat bahwa mereka pun merasakan takut. Bahkan petinju yang udah khatam naik turun ring, bertanding berpuluh2 kali pun, saat akan bertanding masih merasakan takut. Takut kalah, takut KO. Gak ada orang yang benar2 bebas dari rasa takut.
Dan rasa takut bukan hanya saat kita melakukan hal2 ekstrem seperti panjat tebing atau bertarung. Rasa takut menyergap saat kita akan bicara di depan umum, saat menghadapi ujian, saat kita menghadapi lingkungan baru, saat malam pertama. hehe. Ketakutan muncul saat kita melakukan hal yang tidak biasa, hal yang diluar wilayah nyaman kita. Makanya, semakin sering kita melakukan suatu hal, semakin tidak takut kita, semakin biasa. Orang bilang, bisa karena biasa. Mungkin gua masih merasakan ketakutan saat wall climbing kemaren, karena itu saat pertama gua dan mungkin karena gua gak banyak berusaha untuk menghilangkan phobia gua.

Keberanian bukanlah tidak merasa takut. Keberanian adalah menghadapi apa yang kita takutkan. "Face your fear!".

1 comment:

Anonymous said...

takut dan phobia SANGAT berbeda...

mungkin hanya ketakutan saja
ketakutan yang bisa dikalahkan dengan jam terbang yang tinggi

jangan pernah mengejudge kita phobia karena bagaimana kita salah satunya juga tergantung bagaimana cara kita memandang diri kita..

seperti saat mencoba high rope di Situgunung..
seorang arbianto BISA!
padahal itu kali pertama 5meter di atas tanah (hanya 5 meter)
mungkin wallclimbing kemarin sudah 2 level di atas Situgunung, just need practise
Jadi Seorang Arbianto BUKAN "penderita" Agoraphobia..;)